PRINSIP-PRINSIP AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
(Bagian 2)
From www.almukminmuhammadiyah.com
Prinsip kelima :
Haramnya memberontak terhadap pimpinan kaum muslimin apabila melakukan hal-hal yang menyimpang, selama hal tersebut tidak termasuk amalan kufur.
Hal ini sesuai dengan perintah Rasulullah tentang wajibnya taat kepada mereka dalam hal-hal yang bukan maksiat dan selama belum tampak pada mereka kekafiran yang jelas.
Berbeda dengan Mu’tazilah yang mewajibkan keluar dari kepemimpinam para imam pemimpin yang melakukan dosa besar walaupun belum termasuk amalan kufur, dan mereka memandang amalan tersebut sebagai amar ma’ruf nahi mungkar.
شرح السنة – البربهاري – (ج 1 / ص 29)
ولا يحل قتال السلطان ولا الخروج عليهوإن جار وذلك لقول رسول الله صلى الله عليه و سلم لأبي ذر الغفاري اصبر وإن كانعبدا حبشيا وقوله للأنصار اصبروا حتى تلقوني على الحوض وليس من السنة قتال السلطانفإن فيه فساد الدنيا والدين
Prinsip keenam :
Bersihnya hati dan mulut mereka terhadap para sahabatRasul, sebagaimana hal ini telah digambarkan oleh Allah ketika mengkisahkan sahabat Muhajirin dan Anshar dan pujian-pujian terhadap mereka.
Berbeda dengan sikap ahlul bid’ah baik dari kalangan Rafidhah maupun Khawarij yang mencela dan meremehkan keutamaan para sahabat.
Barangsiapa yang mencela salah satu di antara mereka, maka dia telah tersesat ,karena bertentangan dengan nash dan ijma’ atas kekhalifahan mereka dalan urutan seperti ini.
« لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِى فَوَالَّذِىنَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَابَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِى الصَّحِيحِ
Prinsip ketujuh :
Mencintai ahlul bait sesuai wasiat Rasulullah.
Pada dasarnya ahlul bait itu adalah saudara-saudara dekat Nabi dan yang dimaksudkan di sini khususnya adalah yang shaleh di antara mereka.
Mereka mempunyai hak atas kita berupa penghormatan,cinta dan penghargaan, namun kita tidak boleh berlebih-lebihan. Seperti mendekatkan diri dengan suatu ibadah kepada mereka.
Adapun keyakinan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk memberi manfaat atau mudharat selain dari Allah adalah bathil.
Firman Allah :
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Katakanlah (hai Muhammad): “Aku tidak memiliki manfaat atau mudharat atas diriku kecuali apa-apa yang dikehendaki oleh Allah, kalaulah aku mengetahui yang ghaib sungguh aku akan perbanyak berbuat baik dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan”. (Al A’raf: 188).
Prinsip kedelapan :
Membenarkan adanya karamah para wali, yaitu apa-apayang Allah perlihatkan melalui tangan-tangan sebagian mereka berupa hal-hal yang luar biasa sebagai penghormatan kepada mereka sebagaimana hal tersebut telah ditunjukkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah.
Karamah adalah kejadian luar biasa yang diperlihatkan Allah kepada para hamba-Nya yang shaleh.
Sihir adalah keluar-biasaan yang biasa diperlihatkan para tukang sihir dari orang-orang kafir dengan maksud untuk menyesatkan manusia.
Karamah bersumber pada ketaatan, sedang sihir bersumber pada kekafiran dan kemaksiatan.
Prinsip kesembilan :
Dalam berdalil selalu mengikuti apa-apa yang datang dari Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah baik secara lahir maupun batin dan mengikuti apa-apa yang dijalankan oleh para sahabat dari kaum Muhajirin maupun Anshar pada umumnya dan khususnya mengikuti Khulafaurrasyidin sebagaimana wasiat Rasulullah dalam sabdanya:
( عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْوَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ )
“Berpegang teguhlah kamu kepada sunnahku, dan sunnah Khulafaurrasyidin yang mendapat petunjuk”
Ahlus Sunnah tidak meyakini adanya kema’suman(terpelihara dari berbuat dosa) seseorang selain Rasulullah dan mereka tidak berta’assub (fanatik) pada suatu pendapat sampai pendapat tersebut bersesuaian dengan Al Kitab dan As Sunnah.
Mereka meyakini bahwa mujtahid itu bisa salah dan benar dalam ijtihadnya. Dan tidak boleh berijtihad sembarangan kecuali mereka yang telah memenuhi persyaratan tertentu menurut ahlul ‘ilmi.
Akhirnya
Kita memohon kepada Allah agar berkenan menjadikan kita semua bagian dari mereka dan tidak menjadikan hati kita condong kepada kekafiran setelah diberi petunjuk (hidayah-Nya) dan semoga shalawat serta salam terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya beserta sahabat-sahabatnya.Amin, ya Rabbal ‘Alamin.
Disampaikan oleh : Ustadz Agus Efendi, M.Ag.
Saat Kajian Al Islam Asatidz Ma’had Al-Mu’min Muhammadiyah Tembarak Temanggung
Ust.Agus Efendi, M.Ag. merupakan salah satu alumni MA Al-Mu’min MuhammadiyahTembarak Temanggung tahun 1993
image by : www.mauhijrah.com